Out of The Blue

tumblr_nl1cynPoPV1upmkyvo1_500

Out of The Blue

|| Canon – Lucille – Vignette ||

– Arai Yuzuru & Park Sung Jin –

© 2016

KARASU

.

.

— DAY6 Dormitory

February 19th, 2016

Melemaskan punggung yang terasa kaku, Sungjin bersandar pada bantal dengan kaki berselonjor di sepanjang kasur. Hela napas menyerobot keluar, perlahan kedip matanya meluruh. Ia terpejam, meski benak tetap memburu. Dan wajah itu kembali muncul di sekeliling gelap yang memutarinya. Senyum tipis ikut menghiasi paras sosok itu. Berlanjut dengan degup jantung yang keluar dari baris ritme normal.

“Argh,” gerutu Sungjin tertahan. Dua tangannya mengacak rambut frustasi. Belakangan ini ia merasa ada yang berubah dalam dirinya. Sesuatu yang terasa janggal dalam hati. Merasa dirundung resah sekaligus hati yang serasa bagai ladang bunga di musim semi. Entah mana yang paling mendominasi, semuanya melebur jadi satu. Membuatnya kebingungan sendiri.

Yuzuru. Sosok yang menghantuinya belakangan ini. Tidak pernah sekalipun ia membayangkan akan sedekat itu dengan gadis yang awalnya selalu muncul mengacaukan ketenangannya. Dimulai dari obrolan kemarin lalu, membicarakan kisah asmaranya yang naas, juga secuil profil diri Yuzuru dan keluarganya. Dilanjutkan dengan pertemuan yang tidak pernah bisa dielak tiap kali gadis itu berkunjung ke dorm. Sesekali melawat kedai kopi di waktu senggang berdua. Puncaknya, saat Yuzuru mengajaknya ke sebuah toko alat musik milik seorang lelaki paruh baya yang sudah amat dekat dengan gadis itu. Sungjin ingat betul, senyum tulus yang belum pernah ia lihat dari Yuzuru, juga binar mata si gadis kala bapak tua pemilik toko memainkan sebuah lagu dengan piano usang yang dipajang di sudut ruang. Gadis itu begitu hanyut dalam alunan piano, sementara Sungjin tanpa sadar tenggelam dalam senyumnya. Juga perasaan hangat yang timbul menggerayangi dadanya.

“Ugh,” jemarinya mengacau helai-helai surai puncak kepala, bersungut sendiri mengutuk rekam memori yang jelas-jelas datang tanpa henti. Ada yang salah dengannya akhir-akhir. Itu pasti. Ada yang tidak beres dengan otaknya atau apa, entahlah. Sungjin merasa ditempa gundah tak kunjung reda. Akibatnya, ia terus-menerus melakukan tindakan bodoh. Di tiap kesempatan, ketika ia berpapasan dengan Yuzuru, atau saat gadis itu bertamu, Sungjin akan berusaha untuk menghindar. Berpura-pura sibuk, melenggang keluar dorm dengan seribu alasan, juga berbagai tipu muslihat lainnya. Sikapnya itu terus berlanjut hingga nyaris memasuki minggu kedua semenjak kejadian di toko musik.

“Hei, Yuzu!”

Sungjin meneguk ludah. Sayup-sayup ia mendengar suara Brian menyebut nama gadis itu dari balik kamar. Oh, tidak. Yuzuru datang lagi. Apa yang harus ia lakukan?

Kalang kabut, seperti orang kesetanan, Sungjin menarik selimut. Menenggelamkan sekujur tubuh di balik hangatnya selimut. Sedikit bumbu bak pemain drama kawakan, Sungjin memejam. Berpura-pura terlelap. Namun saat radarnya menangkap namanya disebut, degup jantung mulai bermaraton. Gugup jika saja gadis itu masuk ke kamarnya tiba-tiba tanpa permisi.

Dan, benar dugaan Sungjin. Dalam hati merutuk kala pintu berderit terbuka. Makin rapat Sungjin mengatup mata, sembari berdoa agar gadis itu segera melenggang kembali ke ruang tengah.

“O, sedang tidur rupanya?” Yuzuru berujar pelan dari ujung pintu. Tidak ada suara kaki mendekat, menandakan kondisi Sungjin cukup aman. Benar saja, tak lama kemudian pintu kembali menutup. Menunggu beberapa menit hingga keadaan benar-benar aman terkendali, Sungjin menanggalkan selimut yang menangkup seluruh badan. Napasnya agak terengah setelah beberapa menit dilingkupi pengap. Punggungnya menegak, masih dengan kaki terbujur sepanjang kasur. Sungjin menghela panjang, sebelum kemudian pintu menjeblak terbuka, dilanjut teriakan nyaring yang membuat Sungjin berjingkat di tempat. “Kena kau!” Lantas ia melotot ke arah pintu, tepat pada gadis yang tengah berdiri dengan cengir tanpa dosa.

Ya! Mau membuatku mati jantungan?!”

Kekehan yang luruh disapu raut datar, Yuzuru kini memandang lurus si pemuda. Sementara Sungjin masih bersungut, sebal dikerjai setan kecil produk asli Jepang itu. Tak butuh waktu lama hingga ia pada akhirnya memutar pandang. Keningnya mengernyit menerima tatap tajam Yuzuru.

Sungjin berdeham canggung, “Ada apa?”

“Harusnya aku yang tanya. Ada apa denganmu, Bung?” Sepasang tangan Yuzuru kini sudah terlipat tegas diikuti pandang menuduh. “Kau aneh belakangan ini. Salah makan apa sampai kelakuanmu berubah 180 derajat, huh? Kau tidak pernah membalas sapaanku lagi, selalu mencoba kabur jika aku datang kemari, bahkan melihatku saja kau tidak mau.”

“Kau bicara apa sih?” balas Sungjin, menyingkirkan selimut yang masih menutupi separuh bagian kaki. Lalu menyeret tungkainya menapak lantai.

“Mencoba menghindariku?”

“Menghindarimu? Ke-kenapa aku harus?”

“Kau marah padaku?”

“Tidak. Untuk apa aku marah?”

“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?

“Ti-tidak ada. Memangnya apa yang harus kusembunyikan darimu?”

“Kenapa kau terus menghindari mataku?

“Bicara apa sih? Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu,” dalih Sungjin, tertawa kaku. Berusaha meyembunyikan gugup yang tiba-tiba mendera, meski ia tahu usahanya gagal total. Sungjin benar-benar salah tingkah. Susah payah ia bangkit, mencoba melangkah dengan santai namun lagi-lagi gagal dan malah terlihat seperti robot berjalan kehabisan baterai.

Baru ketika ia mencapai daun pintu, berniat hendak melewati Yuzuru dan membebaskan diri, ia dibuat terpaku beku di tempat. Di luar dugaan, gadis itu meraup lengan kanannya, menarik Sungjin dalam lingkar dekapan. Bilik jantung Sungjin bukan studio rekaman dengan dinding dikelilingi pengedap suara. Tak ayal jika gadis itu sudah pasti bisa merasakan degup jantungnya yang berpacu kelewat liar. Bahkan Sungjin berpikir kalau-kalau jantungnya bisa saja melompat keluar.

Mencipta jarak, lengan kurus Yuzuru mendorong Sungjin jauh-jauh. Paras berselimut raut tanpa ekspresi, tatap gadis itu menghujam pasang mata Sungjin. Berbanding terbalik, Sungjin masih tidak bisa mengontrol wajahnya. Ia berani bersumpah, sekarang ini pasti mukanya tak beda jauh dari kepiting rebus. Ia meneguk ludah, masih mencoba meredam detak gila yang menyalurkan ribuan sengatan listrik ke seluruh sel tubuh.

“Astaga, tidak mungkin,” tandas Yuzuru, berdecak lidah sembari mengacak surai yang dari awal awut-awutan. Lantas ia melayangkan pandang lagi pada Sungjin. Keningnya mengerut tak nyaman, dilanjut dengan hela napas berat sebelum akhirnya tanpa sepatah kata pun ambil langkah menjauh.

Tamat sudah nasib Sungjin. Sial.

***

—Nathan’s Apartement

“Kau memeluknya?”

Yuzuru menghempas badan pada sofa ruang tengah apartemen Nathan. Napas berat meluncur bebas dari cuping hidung. Matanya terpejam, sementara tempurung kepalanya bergerak malas naik turun. Dibalas dengus kekeh dari arah berlawanan. Bibir Nathan berjingkat miring, paham betul gerak laku, pun isi kepala gadis yang pernah menjadi pacarnya meski tak sampai genap setahun. “Orange juice?” tawarnya.

Mengangkat kelopak mata,  tangan Yuzuru terulur meraup gelas berisi sari jeruk penggiur kerongkongan. Mulutnya bergerak membentuk kata terimakasih tanpa suara.

“Kau yakin dia punya perasaan khusus padamu?” Nathan beranjak, duduk di sisa area sofa samping Yuzuru.

“Entahlah, tapi aku punya firasat buruk,” ucap Yuzuru. “Belakangan sikapnya betul-betul aneh. Kau tahu? Dia tipikal orang yang mudah sekali dibaca. Firasatku tidak enak.”

“Dia sudah melupakan adikku rupanya.” Nathan mengangguk-angguk paham, mengambil asumsi sendiri. Pikirannya beralih pada sepupunya yang kini bertempat tinggal di Tokyo bersama sang ibu dan ayah baru. Sedikit iri pada tetangganya itu, belum genap satu tahun semenjak kepindahan Mia dan Luke, namun Sungjin sudah bisa membuka hati pada orang lain. Yah, setidaknya ia mulai berpaling dari rasa sakit. Meski Nathan tahu benar, Sungjin akan menghadapi seorang gadis yang tidak mudah diluluhkan hatinya. Mungkin pemuda itu akan jatuh ke jurang yang lebih dalam. Sama seperti kasusnya, hingga detik ini pun masih terjebak dalam cinta satu sisi. Belum bisa bergerak maju dari kecam hampa perasaan tak berbalas, meskipun berkali-kali mencari tambatan lain di luar sana, hatinya akan berujung kembali pada gadis itu. Ironis, memang. Bahkan mungkin ini lebih parah dari kisah asmaranya dengan musisi indie sahabat kecilnya dulu, Lee Seol Ji. Hubungannya dengan Yuzuru bisa dibilang hal paling aneh yang pernah ia alami, pun yang paling berat untuk beranjak membuka lembar baru.

“Belum sepenuhnya, kupikir. Mia-chan bukan seseorang yang mudah dilupakan.” Yuzuru meneguk orange juice miliknya hingga tandas, menaruh gelas dengan sisa-sisa juice di dasaran pada meja kaca, lalu menerawang. Membiarkan ribuan tanya beradu gulat dalam benaknya. “Apa beralih dari satu hati ke hati yang lain bisa semudah itu?”

Sejenak kawan bicaranya membisu. Ikut mencari jawaban dari pertanyaan yang terlontar dari si gadis. “Sebagian orang mungkin bisa melakukannya, sadar atau tanpa sadar, mereka akan membuka diri pada seseorang yang bisa menyembuhkan lukanya,” ucap Nathan. Ia menunduk, tersenyum tipis sebelum melayangkan tatap pada Yuzuru. “Tentu saja, kita ini pengecualian. Dua idiot yang sulit beralih pada satu hati ke hati yang lain.”

Tawa skeptis jadi balasan untuk si pemuda. “Setidaknya kau pernah, sekali.”

“Yah, sayangnya, aku jatuh di lubang yang sama. Dua kali.”

Buru-buru Yuzuru memutar ekor matanya ke arah pemuda yang kini melempar cengir tanpa dosa. Keningnya berkedut, walau bibirnya balas tersenyum mengejek. “Kau bodoh karena menyukaiku, Idiot.”

“Park Sungjin juga sama bodohnya denganku, kalau begitu.” Telak. Tidak ada kata yang jadi balasan dari mulut si gadis. Ia hanya mendengus tawa, pasrah menerima kekalahan kali ini. “Jadi, apa yang akan kau lakukan jika dia benar-benar menyukaimu?”

Tidak ada jawaban. Hanya erang frustasi yang merayap ke udara. Sekali lagi Yuzuru menghempaskan tubuhnya ke badan sofa keras-keras. Ia tidak pernah menyangka hubungannya dengan Sungjin bisa berkembang serumit ini. Awalnya, ia pikir mereka bisa berteman seperti orang normal pada umumnya. Jujur saja, pemuda itu mulai membuatnya merasa nyaman. Namun beda cerita jika masalahnya sampai beranak-pinak. Rasa bersalah dan bingung mulai merambat mengganggu batinnya.

“Entahlah, Nate. Aku berharap dia tidak mempunyai perasaan apapun padaku, itu akan lebih mudah untukku dan lebih baik untuknya.Kau tahu aku bukan orang yang pantas menerima pemuda sebaik Sungjin, apalagi kau.”

Nathan menggertak rahang. Menyesali takdir yang terlambat mempertemukannya dengan Yuzuru, di saat mereka berdua terlanjur tercebur dalam ketidakberuntungan masing-masing. Teracuni luka masa lampau yang dicecap masing-masing. Ah, menyalahkan takdir pun tak ada gunanya sekarang. Ia pun bergerak mendekat perlahan. Jemarinya terulur, menyusup di setiap helai surai gadis itu.

“Kau pantas mendapat seseorang yang bisa membuatmu bahagia, Yuzu. Kau hanya harus coba memaafkan dirimu dan meninggalkan masa lalu di balik punggungmu, tak terkecuali orang itu.”

— fin —

Berhubung ini comeback Lucille setelah agak lama saya ga nulis fiksi hehe, jadi disini cuma pengen nyeritain dulu awal Sungjin mulai ada ehem ehem ke Yuzu hahahahah. Plus obrolan Yuzu & Nate gosipin Sungjin lol. Sebenernya Yuzu kenal Mia dari awal setelah pacaran sama Nate dulunya, mereka juga temenan baik dan waktu Sungjin cerita soal Mia (adiknya Nathan) si Yuzu sengaja ga bilang kalo dia kenal Mia WKWKWKWK. Intinya disini Sungjin pihak paling polos. Maafin aku, dear Ujin. La la la la~

Segini aja cuap-cuapnya. Semoga suka! 😀

2 Comments

  1. KIWKIWKIWKIW
    UJIN KETAWAN NAKSIR YUZU NIH CIEEEE
    *sorak sorak pake pompom bareng nari jae*

    setan kecil produk asli Jepang
    KAK INI APAAAA lagi gemes-gemes serius ujin ngumpet aku langsung ngakak baca bagian ini WKWKWKWK

    sungjin kalo ngeboong berartis levelnya sama kayak jae yak? level kodok bangkong ngaku-ngaku jadi pangeran /ganyambung/
    yuzu mah to the point banget ya, tau ujin boong langsung tancap nyari jawaban sendiri. noh jin cewe aja berani, masak kamu leader tapi kerjanya maen petak umpet. ga gaul sekali duh ah.
    selamat datang di klub penggalau cabang deisik lagi kalo gini mah. sekali udah apes, dua kali apes lagi kamu kukasih gelas cantik deh.

    kak gabae dibikin galau galau terus ujin, udah ditinggal, masak ditinggal lagi. kesian kak. yang baca kan juga kesian kak ikut galau /halah/baper aja/

    Ditunggu perjalan dua anak setan produk jepang vs korea ini kak!

    Liked by 1 person

    Reply

  2. Hey, sudah tahu luka di dalam dadaku sengaja kau siram dengan cinta baru /jogetjoget/

    Tuhkan. Makanya udjin, jangan coba-coba ngeramen sama cewek, dari sekadar iseng jadi kelewat batas menjadi cinta uhuk! HAHAHAHA akhirnya, move juga kamu ya dari Mia XD semoga kali ini jalan cintanya lancar jaya kaya jalan tol.

    YA ALLAH ITU NGAKAK YUZU NGAGETIN UDJIN hahahaha untuk produk jantung udjin masih bagus, kalau enggak udah melayang nyawanya XD Ah, udjin mah payah ikutan briagadir sok-sok gak mau 😦 ayo, tancap gas dikit ntar menyesal lagi dikemudian hari kayak kasus Mia. Masa mau ngajak anak orang lain makan ramen lagi biar bisa move on ;AAAAA; Ini harus ke Wonpil teguh segera kak sebelum terlambat!

    DAN ITUAKJDNKS KLAJDKLJEK Yuzu berani banget main peyuk-peyuk hahaha, kasian jantung udjin tambah lemah itu.

    “hingga detik ini pun masih terjebak dalam cinta satu sisi”

    INI, bentar. Apa aku kelewatan pas baca profil yuzu, ini aku baru tahu kalau Nathan itu dulu ada ehem-ehem sama Yuzu ;___; Wah berat banget dong kak lawan Sung Jin, belum yang nanti mungkin bakal dateng dari masa lalu. Fix, udjin-ah, selamat datang di perkumpulan para naas-er di daisik wkwkwkwk aku sebagai rider yang baik dan pemaksa agar Lucille jalan, cuma bisa mentertawakan kesengsaraanmu HAHAHAHAHA /dicekek kak yoo/

    Okelah. Sebelumnya, maafkan daku baru bayar utang komen sekarang kak, padahal kemaren maksa pengen lucille balik /menggelinding/ TAPI AKHIRNYA PUAAAAS!!! makasih udah dilanjutin kak, ditunggu lagi kegalauan Udjin akan perasaannya sendiri, fighting!

    Liked by 1 person

    Reply

PAY HERE!