One Day

Kang Daniel (Wanna One) – Hwang Freya (OC) – Ten  (NCT)

Canon+AU

..

..

sky.l

..

..

Laki-laki itu memandang kembali pengatur jadwal sekaligus asisten yang akan selalu berdamping dengannya untuk delapan belas bulan ke depan. Inginnya kembali ke rumah namun terlalu memakan waktu. Lalu opsi lain yang selalu ingin ia lakukan mengusik.

“Aku ingin mengunjungi temanku.”

“Di Busan?”

Kepalanya menggeleng. “Tidak. Tenang saja, aku tidak akan membuat ulah atau berita aneh-aneh.”

Namun laki-laki yang memegang amanat dari agensi naungannya tersebut nampak tak meyakini pernyataan yang berkoar.

Hyung. Satu kali saja, aku sudah lama ingin bertemu.” Pintanya, sembari menatap sarat permohonan. Sebenarnya niat telah lama terpatri untuk mengunjungi gadis itu, tapi mendadak segalanya terasa padat dan cepat, sampai tak tahu kapan terakhir kali dirinya bertatap wajah dengan gadis ceroboh itu dalam tajur ingat.

“Janji, aku tidak akan melihatmu di SNS manapun?” Lelaki yang lebih tua kira-kira tiga tahun darinya tersebut mendelik mata hingga tergaris sejajar.

Dirinya mengangguk mantap.

**

“Oi.”

Freya mengangkat kepala yang bertumpu pada telapak dari pikiran yang berlari tanpa tujuan. Min Jung menunduk -tentu saja sambil mengunyah permen karet seperti biasa- agar dapat melihat wajah Freya dari balik celah jendela dapur tempat pesanan dialihkan pada pramusaji.

Tajuk alisnya melesak, meminta maksud kedatangan Min Jung tanpa verbalnya repot-repot terbuang.

“Seseorang di meja nomer 10 meminta bertemu denganmu.”

“Siapa?” Tanya Freya begitu menilik ke belakang punggung Min Jung dimana seseorang yang barusan dimaksud tengah duduk membelakangi dengan kemeja, topi bisbol, serta celana denim tanggung. Seorang laki-laki.

“Kau ternyata punya teman selain Ten? Kenapa dia? Sakit? Panas-panas begini pakai masker.” Komentar Min Jung, selalu terlalu banyak berujar tak perlu pada Freya.

Teman?

Memang udara musim panas yang pengap mulai melingkup, apalagi area perkotaan yang minim adanya kibas sejuk angin. Wajar-wajar saja sebenarnya memakai masker, mungkin orang tersebut malas mengulas sunscreen. Atau orang tersebut sedang tidak ingin dipandangi karena wajahnya dapat menarik perhatian.

Menarik perhatian….. sebentar. Postur Freya segera tegap, mengabaikan celoteh Min Jung yang berusaha mengorek identitas pelanggan yang mencari Freya tersebut. Mau hatinya berjalan hanya dengan langkah sedikit lebih cepat, tapi kakinya telah melesat lekas layaknya berlari.

“Goonie?”

Aigoo, eu-geon. Ckckck, masih saja berusaha menyebut namaku tapi tetap salah.”

Laki-laki itu tidak menurunkan maskernya, namun Freya dapat melihat jelas wajah mengembang cerah di balik benda berwarna hitam tersebut.

*

Setelah menyogok Min Jung untuk diam dengan beberapa lembar won agar anak sekolah bawel itu tidak sibuk meminta foto atau tanda tangan, serta menyapa bibi Hwang di dapur -yang lalu dengan heboh memeluk serta menangkup wajah Daniel sambil mengomel singkat karena laki-laki itu memang terlihat lebih tirus- Freya memilih mengungsikan reuni mereka ke atap restoran ketimbang harus berurusan dengan tatapan pelanggan atau mata elang Min Jung yang masih mencari celah.

“Kau baik?”

Freya menoleh, Daniel -meski Freya lebih senang menyebut laki-laki itu Goonie yang sebenarnya secara ejaan salah dari nama aslinya, Eugeon- duduk bersandar pada kedua lengan yang tertumpu dudukan kayu petak di atas gedung restoran. Mata yang seperti tak pernah tak tersenyum tersebut kini memandang Freya langsung. Bukan hanya dari layar televisi -seperti saat bibi sibuk menonton siaran langsung acara yang diikuti lelaki tersebut dengan layar datar elektronik satu-satunya di rumah.

Matanya mengalih, nanar menyorot gedung tinggi di hadap mereka. “Baik.” Jawab Freya singkat.

Daniel terkekeh pelan. “Tidak membuat ulah apapun selama aku tidak ada?”

Kepala Freya cepat berputar, manangkap laki-laki itu tengah berusaha menahan tawa kecil. “Hei! Memang sudah bawaaan genetikku. Mau diapakan lagi?” Seloroh Freya, mengucap alasan yang sama untuk kesekian kali.

Memang beberapa anggota keluarga Freya dari bagian san ayah termasuk kategori yang sama, ceroboh. Dan Freya menjadikan hal tersebut alasan mutlak ketika kecerobohannya menelurkan kekacuan di restoran.

“Contohnya?” Daniel menyiku lengan Freya.

Gadis itu mendengus. “Aku tidak sengaja menendang baskom kimchi yang sedang dibuat bibi. Sungguh! Aku tidak sengaja!”

Daniel sudah tertawa keras. Sementara wajah Freya bertekuk kesal mendengar tawa laki-laki yang setelah sekian belas bulan lama baru muncul, tiba-tiba segera menjadikan dirinya bahan candaan.

“Baskom merah sebesar itu masak kau tidak lihat sama sekali? Aigoo, Rey-nim….. Rey-nim.” Daniel berusaha meredakan tawa, meskipun agak susah dengan dirinya membayangkan adegan tersebut dalam benak.

“Tidak sengaja.” Ucap Freya pelan, jadi teringat rasa bersalah karena berkat ulahnya tersebut, bibi Hwang terpaksa menyuci kembali sawi-sawi yang terjungkir mencium lantai dapur tersebut untuk dibumbui dengan bumbu baru yang lebih bersih tentu saja.

Daniel sudah berhenti tertawa, masker hitam yang menyembunyikan separuh wajah telah tanggal. Senyum merekah yang selalu berhasil menularkan rasa ramah serta tenang pada orang-orang tersebut mengarah pada Freya seorang. Tangan kanannya mengacak-acak rambut gadis itu pelan.

“Kau ini. Tanpa aku pasti kau membuat bibi Hwang kerepotan ya?” Freya lantas merunduk, bibirnya cemberut, merasa tersindir atas pernyataan barusan. “Tanpa kau juga rasanya aku sulit untuk tersenyum setiap hari seperti dulu….”

Freya menoleh, rekah bibir Daniel masih bertengger, namun matanya nampak sendu.

“Selamat! Maaf telat mengucapkan. Tapi selamat karena sudah menjadi juara satu.” Freya mengulurkan tangan, mencoba mengalihkan suasana sendu yang membuatnya tak nyaman.

Alih-alih menjabat tangan Freya, tahu-tahu saja Daniel meraih bahu gadis tersebut. Melingkarkan lengannya pada tubuh Freya, tangan yang lain mengelus belakang kepala Freya pelan.

“Aku merindukanmu.”

Sekujur tubuh Freya hanya bisa terdiam kaku.

*

“Min Jung!” Gadis penjaga kasir yang tengah sibuk dengan perangkat elektronik di tangan menoleh. Kepalanya mengitar seluruh sudut restoran namun tidak menemukan sosok yang dicari, “Freya kemana?”

Min Jung berdecak. Ten mengerjap bingung, tidak paham maksud bahasa tubuh gadis berwajah masam itu. “Sedang menemui superstar.”

“Huh?”

Min Jung menumpu siku pada meja, dagunya bertengger pada kepal tangan. “Mantan pekerja paruh waktu disini yang sekarang jadi superstar itu. Kang-Dan-iel.” Jelas Min Jung, menekan nama tersebut dalam bisik tak bersuara.

Bahu Ten merosot. Hela napasnya berat.

“Dimana?”

“Di atap.”

Ten hanya tersenyum masam. Membalik tubuh tanpa berucap apa-apa. Beruntung bibi Hwang belum memergokinya berkunjung.

“Loh, tidak jadi bertemu Reya?”

Setelah sekian lama, masih saja hatinya harus menahan remuk keras yang tiba-tiba memenuhi rongga dada, membuat napasnya sulit mengalir.

Jelas saja, ia tidak akan mau melihat Freya tertawa manis karena orang selain dirinya.

==

TARAAAA~

Apa kabar? Hehehe baik kan? Gimana yang udah masuk sekolah, kuliah, dan sekitarnya? Wkwkwk maaf ya baru ngepost setelah sekian juta abad harus mengendap di kota pinggiran gara-gara KKN.

Semoga suka prolog cinta segitiga maut ini hehehehehe.

2 Comments

  1. UWOOO langsung dibablasin sama Daniel!!!!

    Bisa banget mas kucing mah, ngeclaim duluan sebelum ntar diusik sama fans. Takut ya ntar Freya cemburu buta kalau denger rumor yang enggak-enggak. Ya sudahlah mas, tapi kek jangan ketemuan di resto coba, kan ada satu cowok jadi korban patah hati.

    Ini Min Jung ya, gemas. Emang ngerebut atensi sangat dari awal, ceplas-ceplos dia itu ngena lagi. Ya udah, gimana kalau mulai sekarang aku ngeship Ten-Min Jung aja //ditendang Lia// Biarkan Daniel-Freya tentram di dunia mereka sana wkwkwk

    Ditunggu kelanjutan meraka lagi Li!! ❤

    Liked by 1 person

    Reply

PAY HERE!